Large Rainbow Pointer

Sebuah Kisah Tentang Ketegaran

{ Kamis, 27 Desember 2012 }

Sebuah kisah terjadi di zaman Rasulullah saw. bisa menjadi teladan dan pegangan bagi kita.

Sepasang suami istri Ummu Sulaim ( perawat di medan perang) dan Abu Thalhah (pejuang yang gagah berani ), merasa gelisah sejak anak mereka, Abu Umair sakit. Karena sudah tidak kuat menahan rasa sakit yang sangat pedih, Abu Umair meninggal dunia, ketika itu Abu Thalhah berada di medan perang. Ummu Sulaim dengan sabar menerima kehendak Allah swt. dan mengurus kematian anaknya dengan bijaksana dan penuh ketenangan.
Untuk sementara waktu , ia merahasiakan keadaan tersebut kepada suaminya. Ia berdandan mengenakan pakaian terbaik dan memasak masakan yang lezat untuk menyambut kedatangannya. Ketika Abu Thalhah pulang, ia menanyakan anaknya, Ummu Sulaiman menjawab bahwa anaknya telah diam dan istirahat.
Malam itu Abu Thalhah makan dengan nikmat dan ia tertidur nyenyak. Keesokan harinya, setelah ia yakin suaminya telah beristirahat dengan cukup, Ummu Sulaim berkata, “ Suamiku, bagaimana pendapatmu  jika ada orang meminjam sesuatu pada temannya, dan ketika itu pemiliknya hendak mengambil kembali barangnya, lalu apakah orang itu berhak marah ?” Abu Thalhah menjawab, “Tidak boleh begitu, sesungguhnya barang pinjaman harus dikembalikan pada pemiliknya.” Ummu Sulaim menyambung perkataannya, “Bukankah anak kita adalah pinjaman belaka ? Dan Allah meminta agar kita mengembalikannya.” Abu Thalhah menyadari maksud istrinya. Ia menerima ujian ini dengan tegar. Dengan sabar dan penuh kepasrahan.
Keluarga di atas merupakan suatu bukti bahwa kecintaan kepasa Allah swt. lebih besar daripada kecintaan kepada dunia, bahkan juga keluarga. Balasan bagi mereka adalah surga. Puncak perjalanan seorang hamba adalah pelabuhan penyerahan diri dari segala urusan hanya kepada-Nya.

Sasa Esa Agustina
Percikan Iman  April 2004

0 komentar:

Posting Komentar